Sabtu, 31 Juli 2010

Hari Berkah di Bulan yang Suci

Pagi yang cerah sekitar pukul 7 pagi, seorang pria berpakaian seragam tampak lesu sambil berjalan menuju sepeda motornya. Tampaknya ia baru saja keluar dari Rumah Sakit Bersalin. Iya, ia baru saja menjenguk istrinya yang beberapa hari yang lalu melahirkan anaknya yang pertama. Tetapi mengapa mukanya menjadi lesu sesaat sesudah menjenguk istrinya serta anaknya yang sudah lahir? Bukankah seharusnya ia senang? mengetahui istrinya dalam kondisi baik serta anaknya yang lahir dengan normal. Sebelum ia hendak menyalakan motornya, ia tampak membaca sebuah surat yang tak lain adalah surat administrasi persalinan istrinya. Dalam hati ia berkata, “mau dapat uang darimana sebanyak ini?”. Tak lama kemudian ia mengantongi surat tersebut dan menyalakan sepeda motornya. Ia tampak sangat tergesa-gesa. ia langsung memarkirkan sepeda motornya dan berlari menuju gerbang sekolah.
Seorang pria itu adalah seorang guru di salah satu SMP Negri yang terletak tidak jauh dari pertengahan kota. Namanya Pak Anto. Dia mengajar ilmu pengetahuan Alam. Ia termasuk guru faforit murid-murid yang telah diajarnya disekolah itu. Ia ramah, baik hati, tidak pemarah dan menyenangkan. Ia pandai memendam perasaannya dan tampak ceria di depan murid-muridnya. Walaupun ia sedang bingung dan gelisah, ia berusaha tidak menampakkannya di depan murid-muridnya.
Sekitar pukul 8 pagi Pak Anto memasuki salah satu kelas dan mengajar. Murid-murid tampak gembira dan tak jarang besendagurau karena Pak Anto adalah salah satu guru yang humoris. Setelah ia mengajar, ia bergegas menuju kantor guru dan kembali berpikir soal biaya administrasi untuk istrinya. Sempat terfikir di benaknya untuk menggunakan biaya oprasional sekolah tetapi alias menggunakan uang yang bukan haknya. Tetapi untungnya ia cepat menyadari bahwa itu adalah hal dosa. tak lama kemudian ia terlihat punya sedikit ide untuk membiayai administrasi tersebut.
Sekitar pukul 1 siang bel tanda pulang sekolah berbunyi dan anak-anak mulai berlarian keluar dari gerbang sekolah seakan tak sabar ingin cepat-cepat sampai kerumah masing-masing. Pak Anto pun begitu. Ia tampak bergegas menuju parkir sekolah dan mengendarai sepeda motornya. Tetapi ia tak langsung menuju rumah, melainkan menuju sebuah bengkel motor yang menyediakan jasa penjualan motor tua. Pak Anto berniat menjual motornya yang telah butut. Dengan hati yang kurang ikhlas ia memberikan sepeda motor satu-satunya dan menerima sebagian uang layaknya interaksi antara penjual dan pembeli.
Tak jauh dari bengkel tersebut ketika Pak Anto hendak berjalan kaki menuju pinggir jalan, ia bertemu dengan 3 anak berseragam biru-putih memakai sepeda ontel yang tak lain adalah murid pak Anto. Pak Anto tampak tersenyum dan murid-muridnya balas tersenyum dan berhenti di samping Pak Anto.
“Loh bapak sedang apa berada disini? Abis dari bengkel? Mana motor bapak?” tanya salah satu muridnya.
“Iya nak. Motornya telah bapak jual di bengkel tersebut.” Jawab Pak Anto dengan suara lembut.
“Kenapa Motornya bapak jual? Apakah bapak pulang dengan berjalan kaki?” tanya lagi salah satu seorang muridnya.
“Uang ini nantinya bapak pakai buat biaya istri bapak yang baru melahirkan. Ya mau bagaimana lagi? Bapak sudah tidak punya apa-apa selain motor tua bapak yang sekarang telah bapak jual.” Kata Pak Anto tampak lesu.
Murid-muridnya tampak bingung dan berfikir lalu tak lama salah satu muridnya lagi berkata, “yaudah bagaimana kalau bapak kami antar kerumah bapak? Biar bapak yang mengendarai sepeda saya dan saya di belakangnya.”
Pak Anto mengangguk menandakan ia setuju dengan perkatan muridnya tersebut. Sambil mengitari pematang sawah Pak Anto dan murid-muridnya tampak sangat akrab dan tidak dibatasi antara murid dan guru. Mereka tampak sebagai teman dekat. Setelah sampai dirumah, Pak Anto berterima kasih pada murid-muridnya dan mereka segera pamit pulang pada Pak Anto.
Beberapa hari kemudian, umat muslim tampak merayakan Hari Raya Idul Fitri dan slah satunya adalah keluarga Pak Anto. Istrinya tampak sehat disamping pak Anto sambil bermaaf-maafan dengan kerabat dan teman-temannya. Tiba-tiba beberapa murid Pak Anto datang memadati pekarangan rumah Pak Anto sambil membawa sepeda ontel baru yang tampak masih baru dan bagus. Pak Anto tampak heran dan bertanya-tanya ada apa ini. Ternyata murid-muridnya telah memberikan hadiah untuk Pak Anto setelah mereka mengetahui motor Pak Anto yang dijual untuk biaya istrinya. Pak Anto dan istrinya sangat terharu dan langsung memeluk murid-muridnya sambil mengucapkan terima kasih banyak dan ini semua membuat hubungan antar guru dan murid menjadi semakin akrab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar